Judul : Friend?
Genre(s) : Friendship, murder [sedikit], family [sedikit],drama.
Author : Khansa Audrey a.k.a Yuu-chan
Cast : [Devi Kinal Putri & Jessica Veranda], Jessica Vania, Shania Junianatha, dll
Warning! : Typo(s), ejaan sesuka Yuu, alur kecepetan, jauh dari kata sempurna.
DILARANG!!
Mengcopas cerita ini tanpa nama author dan izin dari Yuu.
.
.
.
.
.
.
Chapter 2 : Kau Hanya Tahu Namaku.
Keesokan harinya, di pagi hari yang mendung, Devi Kinal
Putri berjalan gontai menuju kelasnya. Rasanya ia benar-benar tidak ingin
keluar dari selimut nyamannya. Bukankah suasana seperti ini lebih cocok dipakai
untuk tidur daripada ke sekolah?
“Heeei!! Kamu!!” sementara Kinal sibuk mengutuki guru-guru
dan sekolahnya dengan segala umpatan yang dipunyainya, Jessica Veranda berlari
kearah gadis Bandung itu.
Kinal menoleh, walaupun sebenarnya tak berniat memberi
respon. “Kau mau apa?” tanyanya dingin, sedingin suhu udara pagi itu.
“Aku hanya mau tanya. Namamu siapa?” tanya Veranda. Sama
sekali tidak merasa lawan bicaranya tak menginginkan keberadaannya untuk
sekarang.
“Kenapa kau mau tahu?” tanya Kinal acuh.
“Bodoh! Tentu saja aku mau tahu! Kita ini kan teman
sebangku!” jawab Veranda agak kesal. Mungkin karena diperlakukan dengan sangat
dingin oleh Kinal.
Yang ditanya mendengus. “Kinal,” tak mau percakapan ini
memanjang, Kinal akhirnya menjawab dengan berat hati. ‘Teman? Dia bercanda. Aku
tidak punya teman. Sungguh gadis bodoh, mau-maunya berteman denganku,’ batin
Kinal lalu pergi.
***
“Hei, Kinal, nama lengkapmu siapa sih?” tanya Veranda
setelah Bu Iva mengakhiri pelajaran.
“Kau tidak perlu tahu,” sahut Kinal sambil memasukan dan
mengeluarkan buku paket serta tulis dari dalam tas.
“Baiklah. Hmm …, bagaimana kalau nanti aku ke rumahmu?”
tawar Veranda lagi. Senyum manis masih menghiasi bibirnya.
“Ide buruk,” jawab Kinal. Masih dengan nada datar.
“Kalau ke cafĂ© dekat sekolah bagaimana?” tawar Veranda lagi.
Rupanya gadis itu masih belum menyerah. Gigih sekali dia.
“Masih tetap ide buruk, Veranda.”
“Kau memanggil namaku! Tapi mungkin lebih baik panggil Ve
saja! Kan kita teman!” seru Veranda riang. Gadis itu tersenyum tulus, tapi
tidak dengan Kinal.
“Sejak tadi kau terus mengatakan kita teman dan kita teman!
Kau tahu, aku terganggu dengan itu karena kita sama sekali bukan teman!” bentak
Kinal—namun teredam oleh suara anak riuh anak-anak lain yang menyambut jam
kosong.
“Omong kosong! Kita kan teman sebangku, lagipula aku sudah
menganggapmu teman, jadi kita teman!” bantah Veranda.
“Kau itu orang baik-baik. Kau selalu dapat juara kelas kan?
Kau berbeda denganku, bocah! Aku ini orang yang buruk!” bentak Kinal lagi dan
masih teredam oleh keramaian kelas.
“Aku tidak peduli! Aku menganggapmu teman!” tukas Veranda.
“Lagipula …, aku tidak sebaik itu.”
“Ck, dasar keras kepala. Terserah kau, tapi aku tidak pernah
menganggapmu teman. Lagipula aku tidak pernah punya teman—dan setahuku orang
yang berteman denganku akan terbawa masalah karenaku,” kata Kinal pasrah.
“Kau mengatakan omong kosong lagi! Mungkin teman-temanmu itu
memang sedang sial, bukan karena berteman denganmu!”
***
Jessica Veranda berguling-guling di atas pembaringannya. Ia
terus memikirkan teman sebangkunya yang diketahuinya bernama Kinal.
Gadis itu begitu tertutup dan galak. Tapi instingnya
mengatakan kalau Kinal orang baik-baik.
Veranda sendiri benar-benar tertarik dengan tingkah anak itu. Kira-kira apa ya,
yang membuat gadis itu begitu tertutup sampai tidak mau punya teman?
Ah, entahlah! Kinal itu, selalu membuat dirinya ingin tahu!
Habis, dirinya begitu menarik bagi Veranda. Ingin rasanya bersahabat dengan
Kinal.
Aneh, memang. Biasanya seorang Jessica Veranda tidak pernah
mengobrol sebanyak itu dengan orang yang baru dikenalnya. Tetapi seorang Devi
Kinal Putri dapat ‘memaksa’-nya untuk mengatakan banyak hal. Dasar Kinal!
“Baiklah! Besok akan kutanyakan apa yang membuatnya begitu
tertutup!” Veranda bangkit lalu mengepalkan tangan berapi-api.
***
Devi Kinal Putri tengah dalam perjalanan kembali dari kantin
dengan perut kenyang. Rencananya gadis itu akan tidur di kelas sampai ‘teman’
sebangkunya yang menyebalkan itu membangunkannya.
Kinal kini telah sampai di bangkunya, meletakkan kepala
diatas lipatan tangannya di meja. Gadis itu bersiap untuk tidur.
Baru sekian detik Kinal menutup matanya, ia harus membuka
organ penglihatannya kembali akibat punggungnya ditepuk pelan.
“Apa?” Kinal mengangkat wajahnya lalu dengan ekspresi malas
menoleh ke arah kiri.
Disana terlihat Veranda yang sedang memperhatikannya dengan
saksama. ‘Ada apa dengan orang ini?’ tanya Kinal dalam hati—tentu saja.
“Kau tidur ya?” tanya Veranda hati-hati.
“Hhh!” Kinal mendengus kesal. “Kau punya sepasang mata yang
cukup baik untuk melihat, jadi seharusnya kau tahu aku sedang apa.”
“Bolehkah aku bertanya?”
“Apa pertanyaanmu?”
“Kenapa kau tidak mau punya teman? Padahal kan kata
orang-orang berteman itu menyenangkan? Apa kau memiliki gangguan jiwa atau
pemalu? Pasti kau punya pengalaman buruk! Orangtuamu meninggal ya?” tanya
Veranda tanpa rasa bersalah.
“Dasar bocah bodoh! Kau hanya tahu namaku. Bukan aku.”
TBC~
A/N :
Yoo~!!
Puasa-puasa gini enaknya baca fic Yuu! Heheheh :D
Gimana-gimana? Makin baikkah? Atau malah makin buruk? Feel free to comment minna~ kalo Yuu sendiri malah ngerasa chapter ini pendek banget [fakta] dan mungkin chapter ini gak begitu penting.
Yoo~!!
Puasa-puasa gini enaknya baca fic Yuu! Heheheh :D
Gimana-gimana? Makin baikkah? Atau malah makin buruk? Feel free to comment minna~ kalo Yuu sendiri malah ngerasa chapter ini pendek banget [fakta] dan mungkin chapter ini gak begitu penting.
As always, big thanks to sekumpulan manusia yang udah mau menyisihkan waktunya buat baca fic ini~
THanks yang udah review, btw, review sangat diperlukan loh.
THanks yang udah review, btw, review sangat diperlukan loh.
Semoga ga stuck ya,
Jaa neee~!
Jaa neee~!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar